Tim peneliti UNEJ dan Monash University melakukan kerjasama kolaborasi riset

Jember, 15 Juli 2025 – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jember (UNEJ) mencatatkan prestasi internasional dengan menjalin kerjasama riset strategis bersama Monash University, Australia. Melalui hibah internasional LP2M UNEJ, tim peneliti yang dipimpin Prof. Erlia Narulita, S.Pd., M.Si., Ph.D., melakukan penelitian inovatif bertajuk “Modulation of DNA repair and recombination by the bacteriophage Sen-NF1 tail fiber gene function for MDR Salmonella enterica”, fokus pada pengembangan terapi antimikroba berbasis bakteriofag.

Kolaborasi ini menargetkan terapi inovatif untuk bakteri Salmonella enterica multiresisten, memanfaatkan virus spesifik yang mampu menghancurkan bakteri patogen secara alami dan ramah lingkungan.

“Dengan kerjasama ini, kami berkomitmen meningkatkan kapasitas riset inovasi terapi antimikroba berbasis bakteriofag. Sinergi dengan Monash University membuka peluang besar untuk pengembangan teknologi kesehatan yang efektif dan ramah lingkungan,” jelas Prof. Erlia Narulita.

Selama kunjungan resmi ke Monash University pada 30 Juni–11 Juli 2025, Prof. Erlia bersama tim UNEJ mengikuti rangkaian kegiatan penting, mulai dari diskusi proyek, pengenalan laboratorium riset bakteriofag, hingga training praktis dan presentasi data penelitian. Semua agenda bertujuan mempercepat pengembangan aplikasi bakteriofag sebagai alternatif pengendalian infeksi bakteri yang resisten antibiotik konvensional.

Prof Erlia kunjungan laboratorium riset (kiri) dan Tim Peneliti mengikuti training (kanan)

Sementara itu, Prof. Jeremy J. Barr dari Monash University menambahkan,

 “Kami sangat antusias menjalin kemitraan dengan Universitas Jember. Gabungan keahlian dan fasilitas kedua universitas diyakini akan menghasilkan terobosan penting dalam menghadapi krisis resistensi antibiotik.”

Penelitian ini juga memiliki relevansi tinggi terhadap Sustainable Development Goals (SDGs). Terapis bakteriofag dapat mendukung SDG 3 (Kesehatan dan Kesejahteraan) dengan menawarkan alternatif pengobatan ramah lingkungan, SDG 2 (Tanpa Kelaparan) melalui peningkatan keamanan pangan, dan SDG 17 (Kemitraan Global) melalui kolaborasi internasional yang memperkuat inovasi sains.

Hasil riset diharapkan akan dipublikasikan di jurnal internasional bereputasi dan diajukan sebagai paten sederhana terkait konstruksi bakteriofag rekayasa. Dampaknya tidak hanya pada ilmu pengetahuan, tetapi juga pada kualitas hidup manusia, keamanan pangan, dan keberlanjutan lingkungan.

TIM/(NF)