Pada tanggal 26–28 November 2025, Prodi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Jember melaksanakan Kunjungan Edukasi ke Museum Trinil, Museum Sangiran, Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Keraton Ratu Boko sebagai bagian dari pembelajaran berbasis pengalaman langsung. Melalui pengamatan fosil, artefak arkeologis, struktur candi, dan relief historis, mahasiswa memperoleh pemahaman menyeluruh tentang evolusi manusia, perkembangan kebudayaan, dan peradaban Nusantara dari masa prasejarah hingga era klasik. Kegiatan ini sekaligus meningkatkan kemampuan analitis dan interpretatif mahasiswa serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pelestarian warisan budaya.

Kunjungan dimulai pada tanggal 26 November 2025 di Museum Trinil. Kunjungan di Museum Trinil memberikan mahasiswa kesempatan mengamati fosil manusia purba, fauna Pleistosen, serta informasi mengenai penemuan Pithecanthropus erectus oleh Eugene Dubois. Melalui pengamatan ini, mahasiswa memahami bahwa Trinil merupakan pusat penting penelitian evolusi manusia dan menunjukkan bahwa Jawa pernah menjadi habitat utama Homo erectus beserta ekosistem pendukungnya.

Pada tanggal 27 November 2025 dilanjutkan ke Museum Manusia Purba Sangiran, disini mahasiswa mempelajari diorama evolusi manusia, lapisan stratigrafi, dan fosil-fosil Homo erectus. Pengamatan ini memperlihatkan proses panjang evolusi manusia, kemampuan adaptasi, serta perkembangan teknologi alat batu, sekaligus menunjukkan bagaimana kondisi alam Sangiran memungkinkan pelestarian fosil dalam keadaan baik.

Kunjungan pada Candi Borobudur dilanjutkan tanggal 27 November 2025, mahasiswa mengamati struktur mandala, stupa, dan relief yang menggambarkan ajaran Buddha serta kehidupan masyarakat Mataram Kuno. Melalui pengamatan tersebut, mahasiswa memahami konsep kosmologi Buddhis serta kemajuan teknologi konstruksi abad ke-8 yang menjadikan Borobudur sebagai mahakarya arsitektur Nusantara.

Kegiatan dilanjutkan ke Candi Prambanan pada tanggal 28 November 2025, mahasiswa mengamati arsitektur Hindu yang menjulang, relief Ramayana, serta susunan candi Trimurti. Dari kunjungan ini, mahasiswa memahami perbedaan karakteristik arsitektur Hindu dan Buddha, nilai-nilai moral dalam relief, serta kemampuan teknik masyarakat Mataram Hindu dalam menciptakan struktur batu yang presisi dan estetis.

Kunjungan terakhir dilakukan di Keraton Ratu Bako pada tanggal 28 November 2025, kunjungan ini memberikan gambaran mengenai fungsi kompleks situs sebagai pusat politik, administratif, atau spiritual. Melalui pengamatan gerbang, pendapa, kolam, dan struktur lainnya, mahasiswa mengetahui perpaduan unsur Hindu–Buddha serta memahami strategi lokasi dataran tinggi yang menggambarkan dinamika politik dan kehidupan elit pada masa kerajaan di Jawa.