Dalam upaya memperkuat pembelajaran sains yang kontekstual dan bermakna, tim peneliti dari Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Jember mengembangkan instrumen tes literasi sains berbasis kearifan lokal bagi siswa sekolah dasar. Pengembangan ini berfokus pada penyusunan alat ukur yang mampu mengintegrasikan konsep ilmiah dengan nilai-nilai budaya yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Tim peneliti diketuai oleh Nurhasanah, M.Pd., dengan kolaborator Tri Astari, M.Pd., dan Elvin Cahyanita, M.Pd., dari Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Universitas Jember, di bawah bimbingan akademis Drs. Nuriman, Ph.D. Kegiatan penelitian ini juga melibatkan dua mahasiswa PGSD Universitas Jember sebagai asisten penelitian yang berperan aktif dalam proses uji coba instrumen.

Siswa tengah mengerjakan instrumen literasi sains berbasis kearifan lokal.

Sumber: Dokumentasi pribadi

 

Instrumen literasi sains ini dikembangkan untuk menghadirkan asesmen yang tidak hanya mengukur kemampuan kognitif, tetapi juga mengaitkan konsep ilmiah dengan kehidupan nyata siswa. Setiap butir soal dirancang dalam konteks budaya lokal, seperti keanekaragaman hayati, praktik tradisional, serta permainan daerah yang dikenal anak-anak. Pendekatan ini diharapkan mampu menjadikan pembelajaran sains lebih bermakna, relevan, dan mudah dipahami.

Instrumen awal dikembangkan sebanyak 60 butir soal yang kemudian divalidasi dari segi isi, konstruk, dan bahasa oleh pakar akademik serta praktisi sekolah dasar. Setelah melalui uji coba dan beberapa tahap revisi, diperoleh 34 butir soal yang dinyatakan valid dan reliabel untuk digunakan dalam asesmen literasi sains berbasis kearifan lokal. Guru juga memberikan tanggapan positif terhadap pengembangan instrumen ini karena proses validasi memberikan pengalaman bermakna dalam mengaitkan pembelajaran dengan nilai-nilai budaya yang dekat dengan kehidupan siswa.

Menurut Nurhasanah, M.Pd., ketua tim peneliti, proses pengembangan instrumen ini memberikan pengalaman berharga dalam menjembatani sains dan kearifan lokal. “Kami berupaya mencari referensi yang tepat dan valid untuk penyusunan instrumen ini. Proses penyusunan dan eliminasi butir soal memang cukup menguras pikiran, tetapi ketika melihat hasil akhirnya sesuai harapan, seluruh upaya tersebut terasa sepadan,” ungkapnya.

Ke depan, tim peneliti berharap hasil pengembangan ini dapat menjadi salah satu referensi dalam pengukuran literasi sains berbasis kearifan lokal di berbagai daerah. Pengembangan instrumen ini tidak hanya berkontribusi dalam memperkuat kemampuan literasi sains siswa, tetapi juga menumbuhkan apresiasi terhadap nilai-nilai budaya sebagai bagian dari identitas dan karakter bangsa. PGSD Universitas Jember berkomitmen untuk terus menghadirkan inovasi pembelajaran yang relevan dan berdampak bagi masyarakat, melalui riset, pengabdian, dan kolaborasi lintas bidang yang berorientasi pada kebutuhan pendidikan dasar di Indonesia.