JEMBER, – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan dinamika dunia kerja, Program Studi (Prodi) Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jember (UNEJ) mengambil langkah proaktif untuk membekali mahasiswanya dengan kompetensi relevan. Melalui acara seminar bertajuk “Geo-enterpreneurship 4.0: Peningkatan Softskill, Hardskill, dan Kreativitas Mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi Berorientasi Enterpreneurship”, mahasiswa diajak untuk berpikir kreatif dan melihat peluang karier di luar jalur konvensional.

Acara yang diselenggarakan pada hari Jumat, 10 Oktober 2025, ini bertempat di Auditorium Gedung H Lantai 3, FKIP Universitas Jember. Seminar ini secara khusus menargetkan mahasiswa aktif Prodi Pendidikan Geografi dari angkatan 2022 hingga 2025, dengan tujuan utama untuk membangun fondasi kewirausahaan berbasis geografi sejak dini.

Ketua Pelaksana, Ibu Era Iswara Pangastuti, S.Pd., M.Sc., dalam keterangannya menjelaskan bahwa kegiatan ini dirancang sebagai jembatan antara dunia akademik dan kebutuhan industri. “Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi untuk terus mengasah softskill maupun hardskill dalam membekali mereka untuk memasuki dunia non-perkuliahan, khususnya untuk mahasiswa angkatan 2022 yang akan segera menyelesaikan masa studinya,” ungkapnya.

Acara dibuka secara resmi oleh Dekan FKIP Universitas Jember, Dr. Mohammad Na’im, M.Pd. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya jiwa kewirausahaan bagi lulusan geografi. “Geo-enterpreneurship sangat berperan dalam membaca peluang untuk mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi. Peluang yang besar terkait geo-enterpreneurship dapat mendorong mahasiswa untuk mengembangkan softskill dan hardskill,” ujar Dr. Na’im. Beliau juga menegaskan bahwa fakultas akan selalu mendukung kegiatan yang mampu meningkatkan daya saing lulusan di kancah nasional maupun global.

Sebelumnya, Koordinator Program Studi Pendidikan Geografi, Prof. Dr. Dra. Sri Astutik, M.Si., memberikan sambutan pengantar yang membakar semangat para peserta. Beliau mengingatkan bahwa dunia telah memasuki era yang menuntut kecepatan adaptasi dan pemikiran cerdas. “Hari ini sudah masuk ke era yang sangat elit dan kita harus berpikir secara super smart system, khususnya di bidang pendidikan harus mengikuti dan tidak boleh ketinggalan. Mahasiswa harus menjadi agent of change dan generasi penerus bangsa yang di usia produktif harus meningkatkan softskill maupun hardskill,” tegas Prof. Sri Astutik.

Merangkai Karier Non-Linear dan Menjadi Ecotechnopreneur Digital

Seminar ini menghadirkan dua narasumber ahli yang memiliki rekam jejak impresif di bidangnya. Sesi pertama diisi oleh Bapak Thohir Afandi, S.Pd., MPA, yang saat ini menjabat sebagai Inspektur Bidang Kinerja Kelembagaan di Kementerian PPN/BAPPENAS sekaligus Ketua Umum Alumni FKIP UNEJ.

Dengan tema materi “Geografi Menjawab Tantangan Masa Depan: Merangkai Karir Non-Linear dan Menjadi Ecotechnopreneur Digital”, Bapak Thohir Afandi membuka wawasan mahasiswa bahwa lulusan geografi tidak terbatas pada profesi guru atau peneliti. Ia memfokuskan paparannya pada bagaimana mahasiswa dapat memanfaatkan kombinasi softskill (seperti komunikasi dan negosiasi) dan hardskill (seperti analisis spasial dan Sistem Informasi Geografis/SIG) untuk menunjang karier di masa depan. Konsep “karier non-linear” ia jelaskan sebagai sebuah perjalanan karier yang dinamis, di mana seorang geografer bisa menjadi konsultan lingkungan, analis data spasial untuk perusahaan teknologi, hingga perintis startup di bidang ecotechnopreneurship—kewirausahaan yang berbasis pada teknologi dan kepedulian ekologis.

Relevansi Geografi di Era Digital: Kreatif, Adaptif, dan Mandiri

Narasumber kedua, Bapak Dr. rer. Nat. Nandi, MT., M.Sc., seorang dosen ahli dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), melanjutkan sesi dengan materi bertajuk “Peluang Karier dan Geoenterpreneurship: Menjadi Lulusan Geografi yang Relevan dan Mandiri di Era Digital”.

Bapak Dr. Nandi menyampaikan bahwa Revolusi Industri 4.0 telah mengubah lanskap pekerjaan dan menuntut lahirnya kompetensi-kompetensi baru. “Revolusi Industri 4.0 menuntut kompetensi baru yakni berpikir spasial, kreatif, adaptif, dan mandiri,” jelasnya. Menurutnya, geografi bukan lagi sekadar ilmu yang mempelajari permukaan bumi, tetapi telah bertransformasi menjadi sebuah disiplin ilmu yang menawarkan peluang usaha tanpa batas. Kuncinya, lanjut beliau, adalah kemampuan mahasiswa untuk selalu adaptif terhadap perkembangan teknologi dan kondisi riil di lapangan dunia kerja. Ia memberikan contoh-contoh konkret seperti pengembangan aplikasi pariwisata berbasis lokasi, jasa konsultasi mitigasi bencana untuk korporasi, hingga optimalisasi logistik menggunakan analisis spasial.

Acara berjalan dengan sangat interaktif. Sesi diskusi dan tanya jawab yang dipandu oleh moderator berlangsung dengan penuh antusiasme. Mahasiswa dari berbagai angkatan aktif bertanya, menggali lebih dalam tentang bagaimana memulai langkah sebagai geo-enterpreneur, tantangan yang mungkin dihadapi, serta tips praktis untuk membangun portofolio sejak di bangku kuliah.

Melalui seminar ini, Prodi Pendidikan Geografi FKIP UNEJ tidak hanya memberikan pengetahuan teoretis, tetapi juga inspirasi dan panduan praktis bagi mahasiswanya untuk menjadi lulusan yang tangguh, inovatif, dan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri di masa depan.