Belajar sains kini tak lagi membosankan—Profesor Troy D. Sadler dari University of North Carolina hadir di Universitas Jember untuk berbagi strategi revolusioner mengajar STEM dengan isu sosial nyata.
JEMBER – WARTA FKIP. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jember kembali jadi sorotan. Pada 28–29 Agustus 2024, Program Studi Pendidikan Biologi sukses menggelar General Lecture and Workshop internasional bertema “Integrated STEM Education with Socio-Scientific Issues (SSI) in Science Teaching and Learning.”
Yang istimewa dalam acara ini, hadirnya Prof. Troy D. Sadler, Professor of Experiential Learning dari University of North Carolina (UNC), Amerika Serikat. Ia dikenal luas sebagai pakar pendidikan sains berbasis STEM dan Socio-Scientific Issues (SSI).
Sains Bukan Sekadar Teori
Dalam kuliah umumnya, Prof. Sadler menegaskan bahwa pelajaran sains harus dikaitkan dengan isu nyata yang dekat dengan siswa.
“Sains seharusnya tidak berhenti pada hafalan rumus. Kelas harus menjadi ruang diskusi, tempat siswa belajar berpikir kritis tentang masalah nyata seperti perubahan iklim, energi terbarukan, atau vaksinasi,” ujarnya.
Peserta pun diajak melihat bagaimana pendekatan STEM terintegrasi dengan SSI bisa membuat sains lebih kontekstual dan bermakna.
Guru dan Mahasiswa Belajar Langsung dari Praktisi Dunia
Kegiatan ini diikuti dosen, mahasiswa, serta guru SMP dan SMA wilayah Jember. Hari pertama berisi paparan teori dan diskusi pengalaman mengajar. Banyak guru mengaku siswa mereka sering merasa sains itu “terlalu jauh dari kehidupan”.
Hari kedua lebih seru: peserta dibagi kelompok untuk menyusun skenario pembelajaran inovatif. Tak berhenti di atas kertas, guru-guru langsung menguji coba hasil workshop di SMPN 4 Jember dan SMAN 1 Jember, dengan Prof. Sadler yang juga ikut mengobservasi di kelas.
Profesor Troy D. Sadler ikut mengobservasi guru di kelas
“Kekuatan utama SSI adalah keberanian guru memberi ruang pada siswa menyuarakan pendapat, bukan sekadar menjejalkan informasi,” tegas Sadler dalam sesi refleksi.
Dekan FKIP UNEJ dalam sambutannya menekankan bahwa guru masa kini harus mampu beradaptasi dengan zaman.
“Pendidikan tidak cukup hanya mengisi aspek kognitif. Kita perlu menyiapkan generasi yang peka sosial sekaligus cakap sains,” ujarnya.
Workshop ini pun memberi manfaat berlapis: guru mendapatkan penyegaran strategi mengajar, dosen memperluas kolaborasi internasional, sementara mahasiswa calon guru mendapat pengalaman nyata menerapkan teori di kelas.
Dengan semangat kolaborasi ini, FKIP UNEJ membuktikan diri sebagai ruang bertemunya akademisi, praktisi, dan calon pendidik dalam merumuskan wajah baru pendidikan sains yang relevan dengan tantangan global.
TIM/(NF)