JEMBER – Universitas Jember (UNEJ) menjadi tuan rumah bagi para pakar geografi dari berbagai negara dalam International Conference of Global Geography and Innovation Summit (IGGIS) 2025 yang diselenggarakan pada Kamis (16/10/2025). Mengusung tema “Global Geoparks for Sustainable Futures: Integrating Geo-Heritage, Innovation, and Community Empowerment”, konferensi ini menjadi wadah strategis untuk membahas peran geopark, inovasi geospasial, dan pemberdayaan masyarakat dalam mewujudkan masa depan yang berkelanjutan.
Konferensi internasional ini merupakan hari kedua dari rangkaian acara Ikatan Geograf Indonesia (IGI) yang berlangsung selama tiga hari di UNEJ. Acara dibuka secara resmi dengan sambutan hangat dari berbagai pihak. Prof. Dr. Sri Astutik, M.Si., selaku PIC IGGIS 2025, menyambut kehadiran para delegasi. Ketua Umum IGI, Prof. Dr. Muhammad Dimyati, M.Sc., kembali menekankan signifikansi geografi dalam menjawab tantangan global. Sementara itu, Prof. Drs. Slamin, M.Comp.Sc., Ph.D., Wakil Rektor Bidang Akademik UNEJ, mewakili pimpinan universitas, menyatakan kebanggaannya atas kepercayaan yang diberikan kepada UNEJ sebagai penyelenggara acara berskala internasional ini.
Acara Pembukaan juga diramaikan dengan Persembahan Istimewa berupa Pagelaran Reog Ponorogo yang dipersembahkan oleh UKM Reog Universitas Jember. Pagelaran Reog mendapatkan Antusiasme dan tanggapan yang sangat meriah dari peserta Conference ditandai dengan banyaknya peserta yang mengabadikan baik lewat foto maupun video pada persembahan tersebut.
Sesi pleno menghadirkan delapan pembicara kunci dari berbagai negara yang memaparkan gagasan dan riset terkini. Prof. Dr. rer. nat. Muh Aris Marfai, M.Sc., Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Indonesia, menyoroti dukungan BIG dalam upaya pelestarian geoheritage, seperti kolaborasi pemetaan detail geosite di Yogyakarta menggunakan drone dan analisis potensi bencana. Beliau juga menekankan pentingnya literasi geospasial sebagai kemampuan fundamental untuk memahami dan memanfaatkan informasi lokasi.
Prof. Dr. M. Nursa’ban, M.Pd. dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) membahas kontribusi strategis geografi dalam mempromosikan pendidikan berkualitas (SDG 4) di Indonesia. Menurutnya, geografi tidak hanya tentang lokasi, tetapi tentang interaksi manusia dengan ruang dan lingkungannya , sehingga berperan penting dalam membentuk SDM unggul yang berliterasi spasial, berwawasan global, dan berkarakter Pancasila untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.
Dari University of Malaya, Malaysia, Prof. Dr. Rosmadi bin Fauzi menekankan bahwa spatial thinking (berpikir spasial) adalah kunci relevansi geografi di era digital. Ia mendorong para geograf untuk tidak hanya menganalisis, tetapi juga mampu mengkomunikasikan pengetahuan spasial menjadi cerita dan wawasan yang bermakna bagi masyarakat. Ia mengajak untuk “Rethink, Reconnect, Reimagine” geografi agar berdampak nyata.
Prof. Dr. K. Kumaraswamy dari Bharathidasan University, India, memberikan perspektif historis mengenai perkembangan geografi modern di India, mulai dari masa formatif hingga era pemanfaatan teknologi GIS dan penginderaan jauh.
Mengangkat isu pengelolaan pesisir, Prof. Tsung-Yi Lin dari National Taiwan Normal University, Taiwan, memaparkan konsep Nature-based Solutions (NbS). Ia menjadikan Geopark Gumuk Pasir Caota sebagai studi kasus bagaimana kawasan geopark dapat berfungsi sebagai solusi alami untuk pengelolaan pesisir berkelanjutan, menggantikan infrastruktur abu-abu (grey solutions) dan melibatkan komunitas.
Prof. Yoshimi Nishi dari Kyoto University, Jepang, memperkenalkan konsep “Mapping Memoryscapes”. Melalui aplikasi MemoryGraph , ia menunjukkan bagaimana geoheritage dapat diintegrasikan dengan arsip komunitas dan geospatial storytelling untuk merevitalisasi memori kolektif, terutama di daerah rawan bencana seperti Aceh pasca-tsunami, demi membangun ketahanan masyarakat.
Abdillah Baraas, ST., MT., Ketua Badan Pengelola Ijen Geopark, menggarisbawahi pentingnya geopark dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 dan status Indonesia sebagai peringkat ketiga dunia dengan jumlah UNESCO Global Geopark (UGGp) terbanyak. Ia menegaskan bahwa geografi adalah fondasi konseptual geopark yang mengintegrasikan tiga pilar utama: konservasi, edukasi, dan pembangunan berkelanjutan.
Terakhir, Prof. Bashkim Idrizi dari University of Prishtina, Kosovo, mendemonstrasikan bagaimana Spatial Decision Making dapat dibuat lebih cerdas. Dengan menggunakan metode Multi-Criteria Decision Analysis (MCDA) seperti Analytical Hierarchy Process (AHP) dan integrasi GIS , ia menyajikan berbagai studi kasus penerapan analisis geospasial untuk penentuan lokasi, seperti zona risiko longsor salju, lokasi bendungan, area rawan banjir, hingga potensi panel surya.
Setelah sesi pleno, konferensi dilanjutkan dengan sesi presentasi paralel yang sangat dinamis. Sebanyak 102 makalah dipresentasikan oleh para peneliti dan akademisi dalam tujuh ruangan luring dan tiga ruangan daring (via Zoom). Diskusi mencakup beragam sub-tema, mulai dari Pendidikan Geografi, Geografi Fisik, Geografi Manusia, Sistem Informasi Geografis (SIG) & Penginderaan Jauh, hingga Geografi Lingkungan.
IGGIS 2025 menjadi forum penting bagi para geograf untuk bertukar pikiran, berbagi inovasi, dan memperkuat jejaring internasional. Konferensi ini diharapkan dapat mendorong pengembangan ilmu geografi yang lebih kontributif terhadap isu-isu keberlanjutan global. Rangkaian acara IGI di UNEJ akan ditutup esok hari dengan kegiatan Travelling Expert ke Ijen Geopark.