



Siapa bilang lulusan PG PAUD hanya berkarya di dalam negeri? Aufaanda Ivan Muhammad, atau akrab disapa Ivan, adalah bukti nyata bahwa pendidikan anak usia dini bisa menjadi jembatan menuju panggung dunia. Alumni PGPAUD Universitas Jember angkatan 2020 ini tak hanya aktif dan berprestasi selama masa kuliah, tetapi juga kini telah menorehkan kiprah menginspirasi di dunia pendidikan internasional.
Ivan adalah sosok yang tak asing bagi lingkungan kampus. Ia tercatat sebagai Duta PGPAUD UNEJ 2021, kemudian dipercaya menjadi Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP) tahun 2022, serta menjadi bagian penting dari organisasi MUSTIKA FKIP. Namun, prestasi paling membanggakan datang di tahun 2023, ketika ia terpilih menjadi Ketua ITAT (International Teaching Assistance in Thailand)—program yang mempertemukan para pendidik muda Indonesia dengan sistem pendidikan di negeri Gajah Putih.
Dalam wawancara bersama tim redaksi, Ivan membagikan rahasia bagaimana ia bisa aktif berorganisasi tanpa mengorbankan akademik. “Kuncinya ada pada skala prioritas,” ujarnya mantap. Baginya, kuliah tetap nomor satu. “Kalau sudah tahu mana yang harus diutamakan, semuanya bisa dijalankan satu per satu. Jangan sekaligus, nanti malah kewalahan sendiri.”
Salah satu momen paling berkesan baginya adalah saat menjadi Ketua HMP. Saat itu, tantangan datang bertubi-tubi, mulai dari koordinasi kegiatan, rapat, hingga agenda nasional. “Saya belajar untuk fokus menyelesaikan satu hari dulu. Besoknya, lanjut lagi. Ternyata, hari demi hari bisa saya selesaikan,” kenangnya. Saat merasa lelah, ia punya cara unik untuk recharge energi: beres-beres kamar! “Kalau sudah terlalu lama di depan laptop, saya cari kegiatan lain. Beres-beres itu menenangkan,” ungkapnya sambil tertawa.
Kiprahnya di kancah internasional dimulai dari program asistensi mengajar di Thailand Selatan—wilayah mayoritas muslim yang ramah dan penuh kesan. Ditempatkan di tiga jenjang sekaligus (TK, SD, dan SMP), Ivan menghadapi tantangan budaya dan bahasa. “Bahasa Melayu yang digunakan di sana agak berbeda, jadi saya harus ekstra belajar dan beradaptasi,” jelasnya. Namun hal itu justru menjadi bekal berharga baginya memahami sistem pendidikan lintas negara.
Di Thailand, ia menemukan hal-hal unik seperti rutinitas anak-anak yang diajarkan tidur siang secara terjadwal dan sistem pembelajaran yang sudah sangat terstruktur. “Ada panduan yang jelas, jadi semua guru tinggal mengikuti alur yang ada. Sekolah-sekolah negeri berada di bawah naungan kerajaan, sementara swasta di bawah yayasan,” jelas Ivan.
Setelah masa asistensi berakhir, Ivan pun mendapatkan tawaran bekerja sebagai guru di sana. Meskipun sempat ragu, akhirnya ia memantapkan hati untuk kembali dan mengambil kesempatan tersebut. “Saya merasa ini pengalaman yang langka. Kenapa tidak dimaksimalkan?” ujarnya.
Kini, di awal April 2025, Ivan sedang mempersiapkan dokumen resmi untuk bekerja secara penuh waktu sebagai guru di Thailand. Tidak berhenti di situ, ia juga mulai menempuh pendidikan S2 di International Open University yang berbasis di Afrika melalui sistem pembelajaran daring. “Kuliah jarak jauh ini memungkinkan saya tetap belajar sambil mengajar. Selain itu, saya juga jadi punya relasi internasional yang lebih luas,” tambahnya.
Bagi Ivan, kuliah adalah fondasi utama. “Jangan pernah meninggalkan perkuliahan. Tuntaskan dulu, baru kita bisa melangkah lebih jauh,” pesannya kepada adik tingkat.
Kisah Ivan adalah cerminan dari semangat anak muda Indonesia yang mampu membawa nilai-nilai pendidikan anak usia dini menembus batas negara. Dari ruang kelas PGPAUD UNEJ, kini ia mengajar di negeri orang, menebar inspirasi di setiap langkahnya.