Jember – Tim mahasiswa dari Program Studi Pendidikan IPA Universitas Jember (Unej) berhasil menorehkan prestasi gemilang dengan lolosnya ide bisnis inovatif mereka, “PEGAMI”, dalam ajang Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW). Ide ini menawarkan solusi edible coating alami berbahan dasar daun pegagan, bunga chamomile, dan kitosan dari cangkang bekicot yang bertujuan untuk mengatasi tingginya angka kebusukan buah di Indonesia, khususnya di wilayah Jember.
Dipimpin oleh Lydia Irma Suryani (NIM 230210104087) sebagai Ketua Tim, PEGAMI termotivasi oleh keinginan untuk mencoba hal baru dan menjadi pelopor bagi Program Studi Pendidikan IPA Unej yang belum pernah meloloskan tim di ajang kewirausahaan sebelumnya.
Ide bisnis PEGAMI muncul dari latar belakang keilmiahan anggota tim yang melihat permasalahan serius terkait kebusukan buah. Edible coating PEGAMI hadir dalam bentuk gel dan dan cairan (liquid) yang praktis diaplikasikan untuk memperpanjang umur simpan buah. Keunikan dan keunggulan utama produk ini terletak pada pemanfaatan bahan alami lokal, ramah lingkungan, harga ekonomis, mudah diaplikasikan, serta mendukung keberlanjutan dan pengurangan limbah buah. Produk sejenis di pasaran umumnya memiliki harga yang lebih tinggi, sehingga PEGAMI menawarkan alternatif yang lebih terjangkau.
Lydia mengungkapkan bahwa tantangan awal yang dihadapi tim adalah pengelolaan keuangan. “Kami tidak memiliki ilmu pengetahuan terkait pengelolaan ekonomi,” ujarnya. Namun, tantangan ini berhasil diatasi dengan merekrut anggota tim dari Program Studi Pendidikan Ekonomi yang berperan penting dalam manajemen keuangan. Persiapan sebelum pengajuan proposal P2MW dilakukan secara panjang dan intensif, meliputi riset bahan baku, uji laboratorium untuk efektivitas antimikroba dan antioksidan, pengembangan formulasi, hingga pembuatan prototipe produk. Selain itu, tim juga menyusun strategi bisnis, uji pasar, analisis kompetitor, dan strategi pemasaran digital.
Tim PEGAMI dibimbing oleh Bapak Zakaria Sandy Pamungkas. Meskipun tergolong dosen baru, Bapak Zakaria berperan aktif dalam mendampingi, mengarahkan, dan memberikan dorongan ide inovasi, bahkan hingga larut malam. “Hal ini yang membuat tim kami merasa terbantu,” kata Lydia.
Setelah berhasil lolos P2MW, Lydia berharap dapat memperoleh pendanaan. “Harapan ini berdampak besar bagi kami sebagai mahasiswa untuk memiliki bisnis yang berkelanjutan,” tambahnya. Pendanaan P2MW akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kapasitas produksi, standardisasi kualitas produk, desain kemasan, promosi digital, serta memperluas jaringan distribusi dengan menggandeng mitra petani, koperasi pertanian, dan distributor buah segar.
Dalam jangka pendek, tim akan menyempurnakan formulasi produk, membuat kemasan menarik, melakukan promosi online dan offline, serta demo produk ke pedagang buah. Sementara itu, langkah jangka panjang meliputi pengembangan diversifikasi produk untuk jenis buah lain, perluasan pasar ke provinsi lain, hingga pengembangan skala nasional bahkan ekspor.
Lydia menekankan bahwa pelajaran paling berharga yang didapat selama proses ini adalah pentingnya kerja sama tim lintas disiplin, ketekunan dalam riset dan uji coba, kemampuan manajemen keuangan, serta kepercayaan diri untuk membawa inovasi lokal menjadi solusi nyata. “Jangan ragu untuk mencoba hal baru meski berasal dari bidang studi yang belum punya rekam jejak lomba kewirausahaan. Keraguan akan tetap berjalan jika kita tidak ada tindakan,” pesan Lydia kepada mahasiswa lain yang tertarik mengikuti P2MW atau memulai usaha mereka sendiri.
